Menyembah Nikmat atau Pemberi Nikmat - Contoh berikut ini, sekalipun buruk, namun tak jadi soal dikemukakan di sini. Apakah-Anjing dengan keburukan dirinya-lebih memperhatikan nikmat atau yang memberi nikmat kepadanya? Ia tidak menyembah kenikmatan. Dengan kata lain, ia menyembah dan tunduk pada pemberi nikmat. Ia lebih cenderung pada tuannya ketimbang pada makanan.
Alangkah banyak pemilik rumah yang lupa memberi makan anjingnya. Namun begitu, sang anjing tidak lantas meninggalkannya. Melainkan menunduk-nunduk dihadapannya dan menjilat-jilati kakinya, serta berputar-putar sambil menggerak-gerakkan ekornya.
Binatang ini tak punya pengetahuan lebih dari itu. Sedangkan engkau, wahai manusia ! dengan akal yang diberikan Allah kepadamu, mengapa engkau melupakan yang memberi nikmat kepadamu? Engkau tak tahu pemilikmu dan telah tahu arti “Tiada Tuhan selain Allah” apakah perhatianmu pada kenikmatan lebih fokus ketimbang pada Yang memberi nikmat?
Sesungguhnya nikmat itu baik. Sebab, itu datang dari Allah. Namun, bersyukurlah pada Allah dan pujilah Dirinya. Niscaya Dia akan menambah nikmat kepadamu sebagaimana dalam firman-Nya “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. (Ibrahim: 7)
Diriwayatkan, salah satu penyebab seorang mendapat siksa kubur adalah kekufurannya terhadap nikmat. Maka berhati-hatilah kalian agar jangan sampai kufur terhadap nikmat. Terimalah roti dan hormatilah. Berhati-hatilah agar roti itu tidak jatuh di kakimu..
0Komentar