Pustakawanbarru.com - Kabupaten Barru, yang terletak di pesisir barat Sulawesi Selatan, tidak hanya dikenal karena keindahan alam dan garis pantainya yang menawan, tetapi juga menyimpan warisan budaya dan sejarah yang sangat penting. Salah satu kekayaan sejarah tersebut adalah keberadaan empat kerajaan lokal yang pernah berjaya di wilayah ini. Keempat kerajaan ini memiliki peran signifikan dalam membentuk identitas budaya dan politik masyarakat Barru hingga hari ini.

4 Kerajaan di Barru yang Membuktikan Bugis Punya Peradaban Hebat Sejak Dulu
1. Kerajaan Barru
Sejarah dan Letak Geografis
Kerajaan Barru merupakan salah satu kerajaan tertua di wilayah Kabupaten Barru. Kerajaan ini berpusat di daerah yang kini menjadi ibu kota kabupaten, yaitu Kota Barru. Letaknya yang strategis di pesisir barat Sulawesi menjadikan Kerajaan Barru sebagai pusat perdagangan dan pelabuhan penting pada masanya.
Sistem Pemerintahan
Pemerintahan Kerajaan Barru dipimpin oleh seorang raja yang disebut “Arung Barru.” Sistem pemerintahan berbasis adat, namun juga berkembang mengikuti pengaruh Islam yang mulai masuk sejak abad ke-17. Struktur pemerintahan terdiri dari penasihat-penasihat kerajaan dan tokoh adat yang membantu dalam pengambilan keputusan.
Peran dalam Sejarah
Kerajaan Barru dikenal sebagai kerajaan yang menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan lain di Sulawesi Selatan, seperti Kerajaan Gowa dan Bone. Dalam konteks pertahanan dan perdagangan, Barru sering menjadi penengah konflik antar kerajaan.
2. Kerajaan Tanete
Asal Usul dan Wilayah
Kerajaan Tanete berlokasi di wilayah yang kini dikenal sebagai Kecamatan Tanete Riaja dan Tanete Rilau. Nama Tanete sendiri dalam bahasa Bugis berarti “ketinggian,” karena memang wilayah kerajaan ini berada di dataran tinggi. Kerajaan Tanete memiliki akar sejarah yang kuat dan dipercaya berdiri sejak abad ke-15.
Pemerintahan dan Adat
Raja Kerajaan Tanete disebut Arung Tanete, dan sistem pemerintahannya sangat menghormati adat istiadat lokal. Hukum adat dan musyawarah menjadi bagian penting dari tata kelola kerajaan. Selain itu, Kerajaan Tanete juga terkenal dengan kemampuannya dalam diplomasi dan penyelesaian konflik secara damai.
Hubungan dengan Islam
Kerajaan Tanete menjadi salah satu kerajaan di Barru yang cukup awal menerima ajaran Islam. Penyebaran Islam di wilayah ini dilakukan secara damai oleh para ulama dari Gowa dan Wajo. Bukti penerimaan Islam dapat dilihat dari peninggalan masjid-masjid tua dan naskah-naskah keagamaan dalam aksara lontara.
3. Kerajaan Mallusetasi
Sejarah Berdirinya
Kerajaan Mallusetasi merupakan kerajaan pesisir yang berkembang di wilayah barat Barru, terutama di daerah yang kini dikenal sebagai Kecamatan Mallusetasi. Posisi geografisnya yang berada dekat laut menjadikan kerajaan ini sebagai salah satu pusat perdagangan maritim penting pada masanya.
Aktivitas Ekonomi
Kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan yang mengandalkan sektor perdagangan laut dan perikanan. Hubungan dagangnya menjangkau wilayah Mandar, Makassar, dan bahkan ke pulau-pulau di Kalimantan. Banyak saudagar dan pelaut berasal dari wilayah ini.
Keunikan Budaya
Mallusetasi memiliki budaya maritim yang sangat kuat. Tradisi pelayaran dan pembuatan perahu tradisional menjadi bagian dari warisan budaya yang masih bertahan hingga kini. Selain itu, wilayah ini juga terkenal dengan seni tutur (pabbicara) dan adat istiadat khas Bugis pesisir.
4. Kerajaan Soppeng Riaja
Letak dan Latar Belakang
Kerajaan Soppeng Riaja berlokasi di wilayah selatan Barru, dan merupakan bagian dari konfederasi kerajaan-kerajaan Bugis yang memiliki ikatan historis dengan Kerajaan Soppeng di daratan Sulawesi Selatan. Kata "Riaja" berarti "di atas", mengacu pada letak geografisnya di dataran lebih tinggi.
Politik dan Persekutuan
Kerajaan ini merupakan bagian dari Tellumpoccoe, yaitu aliansi tiga kerajaan Bugis utama: Bone, Soppeng, dan Wajo. Meskipun Soppeng Riaja bukan bagian langsung dari pusat Soppeng, namun memiliki hubungan genealogis dan kultural yang erat dengan kerajaan tersebut.
Pengaruh Islam
Seperti halnya kerajaan Bugis lainnya, Soppeng Riaja juga menerima pengaruh Islam yang cukup kuat. Para tokoh agama memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan kerajaan, terutama dalam hal hukum dan pendidikan. Beberapa tokoh penyebar Islam bahkan berasal dari keluarga kerajaan.
Jejak Budaya dan Warisan Sejarah
Keempat kerajaan ini telah membentuk struktur sosial, sistem adat, dan budaya masyarakat Barru yang kita kenal hari ini. Meskipun sistem kerajaan sudah tidak lagi berkuasa secara formal, namun pengaruhnya masih terlihat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti:
-
Upacara adat, seperti mappacci, mappalili, dan mapparola.
-
Kelembagaan adat, seperti Dewan Adat yang masih berfungsi sebagai penjaga tradisi.
-
Bahasa dan aksara Lontara, yang digunakan untuk mencatat silsilah dan hukum adat.
-
Peninggalan sejarah, seperti masjid tua, makam raja, dan situs kerajaan.
Potensi Wisata Sejarah
Pemerintah Kabupaten Barru bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata saat ini sedang berupaya mengembangkan wisata sejarah berbasis kerajaan-kerajaan lokal ini. Situs-situs seperti Benteng Tanete, Masjid Tua Lempang, dan Makam Raja Soppeng Riaja mulai dipromosikan sebagai destinasi wisata budaya yang edukatif.
Upaya ini tidak hanya meningkatkan pariwisata lokal, tetapi juga menghidupkan kembali kesadaran sejarah dan memperkuat identitas kultural masyarakat Barru, terutama generasi muda.
Penutup
Empat kerajaan di Barru – Barru, Tanete, Mallusetasi, dan Soppeng Riaja – merupakan bagian penting dari sejarah panjang masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan. Masing-masing memiliki kontribusi tersendiri dalam membentuk sistem sosial, budaya, dan nilai-nilai yang masih hidup hingga hari ini.
Melestarikan sejarah kerajaan-kerajaan ini bukan hanya soal masa lalu, tetapi juga investasi untuk masa depan. Dengan mengenal dan menghargai sejarah, kita bisa membangun masa depan Barru yang lebih kuat, berakar pada kearifan lokal, dan terbuka pada perkembangan zaman.
0Komentar