Penerapan Sistem Pengolahan Bahan Pustaka Di Perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa

EDY SYAM
0

PENERAPAN SISTEM PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN SD NEGERI 3 MALLAWA
KABUPATEN BARRU

   INDRIANI
Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Terbuka
Email : indriani.tappe@gmail.com
Penerapan Sistem Pengolahan Bahan Pustaka Di Perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah “Penerapan Sistem Pengolahan Bahan Pustaka di Perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, kabupaten Barru.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan sistem pengolahan bahan pustaka di Perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, kabupaten Barru. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitiannya adalah survey. Subjek penelitiannya adalah pengelola perpustakaan, staf perpustakaan,guru dan kepala sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengolahan bahan pustaka di Perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru mulai dari kegiatan inventarisasi, klasifikasi, katalogisasi dan kelengkapan bahan pustaka belum menggunakan standar pengolahan bahan pustaka yang sebenarnya,  dan masih menggunakan cara sendirinya sendiri. Penentuan nomor kelas hanya menggunakan nomor registrasi buku, kartu katalog, kantong, belum ada, dan kelengkapan bahan pustaka belum sepenuhnya dibuatkan. Hal ini disebabkan sarana dan prasarana tidak memadai, kurangnya anggaran pengolahan, sumber daya manusia yang ada belum kompeten di bidang perpustakaan, tidak memiliki buku pedoman dalam pengolahan bahan pustaka.

Kata kunci : Perpustakaan Sekolah, Pengolahan Bahan Pustaka

 

PENDAHULUAN

Perpustakaan sebagai sumber informasi memegang peranan penting dalam pembangunan di era globalisasi   saat ini dan merupakan sarana penunjang dalam pendidikan formal maupun informal. Perpustakaan dalam konteks komunikasi yang lebih luas, juga berperan sebagai lembaga sosial di dalam proses pendidikan dan inovasi untuk menunjang semua kegiatan masyarakat yang dilayaninya. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dipahami bahwa salah satu fungsi utama perpustakaan adalah menyediakan dan menyebarluaskan informasi yang dimilikinya kepada pengguna perpustakaan.

Salah satu fungsi perpustakaan sebagai suatu lembaga pelayanan informasi  adalah bertindak sebagai penghubung atau interface antara dua dunia, yaitu masyarakat sebagai kelompok pengguna perpustakaan dan dunia sumber-sumber  informasi, baik dalam bentuk tercetak maupun dalam bentuk lain. Hal ini mengandung pengertian bahwa setiap bahan pustaka disediakan oleh perpustakaan. Perpustakaan seharusnya mampu menyediakan setiap bahan pustaka atau data apa pun yang dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan. Setidaknya sebagian bahan pustaka yang dibutuhkan oleh pengguna harus tersedia meskipun tidak semuanya harus ada di perpustakaan yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena tidak ada satu pun perpustakaan yang mampu memiliki seluruh jenis koleksi yang ada. Oleh karena itu perpustakaan dijadikan sebagai tempat penyimpanan berbagai informasi. Sehingga pengguna dapat dengan mudah mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan.

Setiap perpustakaan memiliki tugas menyediakan bahan pustaka serta mengolahnya agar dapat disajikan kepada pengguna sehingga bahan pustaka tersebut dapat bermanfaat bagi pengguna perpustakaan. Sebelum bahan pustaka dilayankan kepada pengguna, terlebih dahulu diolah dan disusun secara sistematis untuk memudahkan pengguna dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Perpustakaan sekolah harus dapat mengelola dan menyediakan informasi setiap bahan pustaka atau data apa pun yang dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan.  Hal ini disebabkan pentingnya peran sebuah perpustakaan sekolah untuk menunjang mutu pendidikan dan sarana media mencari sumber informasi, sehingga alur perpustakaan sebagai media untuk mendapatkan informasi dapat berjalan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat membuat pihak perpustakaan harus meningkatkan dan menambah koleksi bahan pustaka baik yang tercetak maupun tidak tercetak. Setiap koleksi bahan pustaka yang diterima disuatu perpustakaan baik yang berasal dari pembelian, hadiah atau sumbangan, hasil tukar menukar maupun penerbitan sendiri belum dapat ditempatkan di dalam rak dan dipinjamkan kepada pengguna sebelum dilakukan suatu kegiatan pengolahan.

Salah satu unit kerja yang ada di perpustakaan yaitu pengolahan bahan pustaka. Pengolahan bahan pustaka adalah kegiatan di perpustakaan yang dimulai dari pemeriksaan koleksi atau pustaka/buku yang baru datang sampai kepada buku/pustaka tersebut siap disajikan dan disusun dalam rak-nya guna dimanfaatkan oleh penggunanya (Yusuf, 2007:33). Kegiatan pengolahan bahan pustaka di perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru meliputi stempel/cap milik perpustakaan, inventarisasi, klasifikasi, katalogisasi, kelengkapan fisik buku yang meliputi pembuatan label buku, tanggal kembali, dan kartu peringatan. Jenis buku yang diolah meliputi buku mata pelajaran, buku fiksi, buku fakta/buku umum, buku referensi yang terdiri dari kamus, ensiklopedia, majalah,dan uletin. Sistem pengolahan yang ada di perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru masih menggunakan sistem manual, seperti pemberian stempel milik perpustakaan, inventarisasi, pemberian nomor klasifikasi belum menggunakan sistem DDC (Dewey Decimal Classification) dan kelengkapan fisik buku. Sistem pengolahan yang dilakukan secara manual meliputi pemberian nomor urut invetaris punggung buku, katalogisasi, dan input data. Kemudian dilanjutkan dengan shelving atau penataan buku dalam rak. Selama kegiatan pengolahan bahan pustaka berlangsung tentu ada sarana dan prasarana yang digunakan dalam pengolahan bahan pustaka. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam pengolahan bahan pustaka lem, kertas HVS, pulpen/pensil, plester, gunting, cutter.

Pengolahan bahan pustaka penting dilakukan untuk memudahkan temu balik informasi dan memperlancar kegiatan pelayanan. Apabila pengolahan bahan pustaka tidak diperhatikan dengan baik maka akibatnya salah satu tujuan perpustakaan tidak dapat dicapai, dan bahan pustaka tersebut sulit untuk ditemukan oleh pengguna perpustakaan karena tidak ada alat bantu penelusur untuk dimanfaatkan.Pengolahan bahan pustaka yang dilaksanakan dengan baik harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk memungkinkan tujuan perpustakaan tercapai secara optimal. Jika perpustakaan tidak dapat mengolah bahan pustaka dengan baik maka salah satu tujuan perpustakaan tidak dapat dicapai.

Perpustakaan sekolah di SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru tentu juga melakukan kegiatan pengolahan terhadap bahan pustaka yang diperoleh agar dapat disajikan kepada pengguna perpustakaan. Pengolahan yang dilakukan pada Perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru belum mengikuti pedoman standar nasional maupun internasional dalam kegiatan inventarisasi, katalogisasi, penentuan subjek maupun pengklasifikasian, pengembangan kelengkapan bahan pustaka.

Sesuai dengan fenomena tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian di Perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, kabupaten Barru dengan judul : “Penerapan Sistem Pengolahan Bahan Pustaka di Perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru. Dengan tujuan untuk mengetahui penerapan sistem pengolahan bahan pustaka di Perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, kabupaten Barru”.


METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Metode penelitian ini dipandang sesuai karena berorientasi pada pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana yang terjadi dalam penerapan sistem pengolahan bahan pustaka di Perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, kabupaten Barru.

Dalam penelitian pada dasarnya data kualitatif dinyatakan dalam bentuk uraian atau kalimat. Sejalan dengan pendapat tersebut data dalam penelitian adalah mencakup dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar yaitu berupa daftar hadir pengunjung (siswa). Menurut Arikunto (1985:90), ”Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh.” Berdasarkan pendapat tersebut sumber data dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan pengelola perpustakaan (pustakawan dan guru) di SD MNegeri 3 Mallawa, kabupaten Barru sebagai tempat atau subjek dimana data yang diperoleh menyangkut penerapan sistem pengolahan bahan pustaka di Perpustakanan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi langsung, komunikasi langsung, dan teknik studi dokumenter. Alat pengumpulan datanya adalah pedoman observasi, pedoman wawancara dan dokumen-dokumen.

Data yang sudah terkumpul diolah dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Data yang berasal dari wawancara dan pengamatan tidak dipresentasikan, namun dilaksanakan dengan membaca data yang kemudian dijabarkan dalam bentuk kalimat untuk memberikan gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relatif, menyeluruh terhadap penerapan sistem pengolahan bahan pustaka di Perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru, sedangkan data dari studi dokumenter berupa kehadiran siswa di perpustakaan dideskripsikan.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengolahan bahan pustaka merupakan salah satu inti dari tugas perpustakaan. Bahan pustaka yang masuk ke perpustakaan wajib diolah dengan baik agar proses temu kembali informasi nantinya berjalan lancar dan mewujudkan tertib administrasi. Dalam pelaksanaannya, proses pengolahan bahan pustaka ini dapat berbeda-beda urutan kegiatan atau alur prosesnya antara perpustakaan satu dengan yang lainnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan budaya kerja, sumber daya manusia, dan sarana prasarana dalam proses pengolahan. Namun demikian, ada empat kegiatan pokok dalam pengolahan bahan pustaka yaitu:

(1) inventarisasi,

(2) klasifikasi,

(3) katalogisasi,

(4) dan shelving.

Berdasarkan hasil penelitian dapat memberikan gambaran bahwa penerapan sistem pengolahan bahan pustaka di perpustakaan sekolah SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru belum menggunakan sistem pengolahan bahan pustaka yang sesuai dengan standar. Ada beberapa kegiatan pengolahan bahan pustaka di Perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru adalah sebagai berikut.

Inventarisasi bahan pustaka adalah merupakan kegiatan pencatatan bahan pustaka yang telah diputuskan menjadi milik perpustakaan. Pencatatan ini penting agar pengelola perpustakaan maupun orang yang berkepentingan dengan perpustakaan mengetahui jumlah koleksi yang dimiliki, rekam jejak dari pengadaan koleksi tersebut, dan agar tertib administrasi. Beberapa kegiatan atau pekerjaan dalam inventarisasi adalah sebagai berikut:

(1) pemberian stempel buku. Semua buku yang sudah masuk di perpustakaan perlu dibubuhi stempel. tempat – tempat yang perlu dibubuhi stempel yaitu : dibalik halaman judul, bagian tengah halaman, bagian yang tidak ada tulisan atau gambar, pada halaman akhir dan pada halaman yang dianggap rahasia. Stempel itu ada bermacam - macam ada stempel Inventaris, stempel identitas perpustakaan.  Stempel Inventaris dibubuhkan dibalik halaman judul yang memuat nama perpustakaan, kolom tanggal, serta nomor inventaris. Sedangkan stempel identitas perpustakaan berisi nama perpustakaan yang bersangkutan. Stempel ini dibubuhkan pada halaman tertentu sedapat mungkin tidak mengganggu informasi yang terdapat di dalam buku.

(2) Pencatatan dalam buku induk. Mencatat bahan pustaka ke dalam buku inventarisasi dengan menggunakan format tersendiri.. Adapun hal – hal yang dicatat dalam buku induk adalah : kolom tanggal, kolom nomor induk, kolom nama pengarang, kolom judul buku, kolom penerbit, kolom tahun terbit, kolom harga buku, kolom sumber, kolom jumlah halaman, kolom keterangan.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pustakawan atau staf perpustakaan tentang inventarisasi bahan pustaka di Perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru. Menurut staf perpustakaan tersebut bahwa:

“Bahan pustaka yang sudah dibeli sebelum diolah, kami mencatat dalam  buku besar yaitu buku inventaris, buku inventaris kami pisahkan berdasarkan jenis bahan pustakanya, seperti untuk buku paket pelajaran, buku umum, fiksi, majalah, dan lain-lain. Adapun format buku invetaris kami gunakan berdasarkan pemikiran kami sendiri. Contoh formatnya adalah memuat, nomor urut, tanggal/bulan/tahun, judul, pengarang, penerbit, kota terbit, sumber, keterangan, kemudian memberikan stempel perpustakaan pada halaman tertentu yang ada di dalam sebuah buku, pengelola perpustakaan juga perlu memberikan stempel inventarisasi pada halaman judul koleksi. Pada stempel ini, pengelola perpustakaan membubuhkan nomor inventaris pada kolom inventaris, nomor panggil koleksi pada kolom kelas, tanggal terima pada kolom terima dan membubuhkan tanda tangan staf perpustakaan yang melakukan kegiatan inventarisas pada kolom tanda tangan”. (hasil wawancara tanggal 14 Maret 2016)

Hasil wawancara di atas diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru dan kepala perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru yang mengatakan bahwa:

“Bahwa bahan pustaka yang ada di perpustakaan kami sudah di bukukan atau diinventarisasi ke dalam buku besar dengan menggunakan format yang dibuat sendiri oleh staf perpustakaan dan melakukan pemberian stempel atau cap kepemilikan pada bahan pustaka. Kami menganjurkan kepada pengelola perpustakaan, bahwa setiap buku atau koleksi yang masuk harus diinventarisasi dan ke dalam buku besar, diberi cap kepemilikan dengan tujuan agar koleksi tersebut dapat terindetifikasi dan mudah ditemukan kembali”. (hasil wawancara tanggal 14 Maret 2016)

Setiap buku yang baru diterima oleh perpustakaan baik buku pembelian, hadiah maupun tukar menukar sebaiknya segera di daftarkan ke dalam buku induk /inventarisasi kegiatan ini adalah inventarisasi bahan pustaka, Inventarisasi yaitu pekerjaan mendaftar setiap buku yang diterima perpustakaan agar data mengenai penerimaan atau pun pemilikan buku tercatat secara teratur (P. Sumardji, 1993:13).

Klasifikasi adalah pengelompokan yang sistematis dari pada sejumlah obyek, gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama. Pada langkah ini bahan pustaka yang sejenis akan terkumpul dalam satu kelompok. Dengan adanya klasifikasi pada perpustakaan pelayanan di perpustakaan dapat dilaksanakan dengan mudah, cepat dan tepat. Sistem klasifikasi persepuluhan Dewey yang dipakai pada perpustakaan sekolah dewasa ini mengelompokkan seluruh cabang pengetahuan menjadi sepuluh kelas atau golongan masing – masing menggunakan 3 angka dasar.

Salah satu tujuan utama semua perpustakaan adalah mengusahakan agar semua pengunjung dapat secara mudah dan langsung memperoleh bahan yang diperlukannya. Salah satu diantara alat-alat diciptakan orang untuk maksud tersebut adalah klasifikasi. Mengklasifikasi buku-buku perpustakaan sekolah, baik di perpustakaan sekolah yang masih sederhana maupun di perpustakaan sekolah yang sudah maju sangat perlu, sebab dapat menolong dan membimbing murid-murid dan pengunjung lainnya di dalam mencari buku-buku yang diperlukan.

Berdasarkan hasil penelitian, baik pengamatan langsung maupun hasil wawancara peneliti dengan pengelola perpustakaan bahwa sistem klasifikasi yang diterapkan di Perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru  belum menggunakan sistem klasifikasi dewey decimal classification (DDC), akan tetapi menggunakan sistem klasifikasi sederhana yaitu nomor kelasnya menggunakan nomor daftar bahan pustaka dalam buku induk. Artinya setiap bahan pustaka yang sudah dibukukan dalam buku induk berdasarkan nomor urutan pada saat pencatatan, itulah yang dijasikan sebagai nomor kelasnya. Penentuan subyeknya hanya melihat dari judul buku saja.

Hasil wawancara di atas diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan terhadap staf perpustakaan di perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru yang mengatakan bahwa:

“Bahwa sistem yang kami gunakan dalam memberikan nomor kelas setiap buku atau bahan pustaka lainnya belum menggunakan sistem DDC (Dewey Decimal Clasification), nomor klas yang kami gunakan adalah berdasarkan nomor inventaris buku, kemudian 3 huruf nama pengarang. Kami belum mempunyai pedoman DDC, jadi masih menggunakan nomor kelas tersendiri.” (hasil wawncara tanggal 22 Maret 2016)

Hasil wawancara di atas diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru dan kepala perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru yang mengatakan bahwa:

“Bahwa sistem klasifikasi yang gunakan oleh staf perpustakaan dalam memberikan nomor klas setiap buku atau bahan pustaka lainnya yaitu berdasarkan nomor inventarisasi dan belum menggunakan sistem DDC (Dewey Decimal Clasification). Staf belum mempunyai pedoman DDC dan belum mampu menggunakan sistem DDC, jadi masih menggunakan nomor klas tersendiri.” (hasil wawncara tanggal 22 Maret 2016)

Mengklasifikasi buku-buku perpustakaan sekolah bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Pekerjaan ini menuntut keahlian dari guru pustakawan. Apabila mengklasifikasi buku-buku perpustakaan sekolah berdasarkan bentuk fisiknya, atau berdasar abjad judul bukunya, maka pengklasifikasi buku-buku perpustakaan sekolah tidak terlalu sulit, tetapi bila sistem klasifikasi yang dipergunakan untuk mengklasifikasi buku-buku perpustakaan adalah sistem klasifikasi berdasarkan subyeknya, maka pelaksanaannya akan lebih sulit.

Pada dasarnya tujuan mengklasifikasi buku-buku perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut : 

(1) untuk mempermudah murid-murid di dalam mencari buku-buku yang sedang diperlukan. Apabila buku-buku perpustakaan sekolah diklasifikasi dengan sebaik-baiknya, maka murid-murid lebih mudah mencarinya dan murid-murid akan senang melakukan penelusuran buku-buku perpustakaan sekolah. (2) untuk mempermudah guru pustakawan di dalam mencari buku-buku yang dipesan oleh murid-murid. Ada perpustakaan sekolah yang menggunakan sistem tertutup. Pada sistem ini murid-murid yang ingin membaca buku tertentu tidak dapat mengambil sendiri ke rak buku, tetapi harus mengisi kartu pesanan yang kemudian diserahkan kepada pustakawan. (3) untuk mempermudah pustakwan di dalam mengambil buku-buku pada tempatnya. Setelah murid-murid membaca buku-buku diruang baca, maka buku-buku tersebut di letakkan di meja khusus baca, yang nantinya oleh guru pustakawan di kembalikan ke tempatnya semula. (4) mempermudah guru pustakawan mengetahui perimbangan bahan pustaka. Apabila buku-buku perpustakaan sekolah di klasifikasi menurut subyeknya, maka penempatan buku-buku perpustakaan sekolah yang isinya sama atau hampir sama di jadikan satu. (5) akhirnya buku-buku perpustakaan sekolah diklasifikasi dengan sebaik-baiknya untuk mempermudah guru pustakawan di dalam menyusun buku.

Katalogisasi merupakan salah satu hal penting dalam pengolahan buku. Aktivitas pengolahan bahan pustaka terdiri dari pengkatalogan diskripyif, klasifikasi dan penentuan tajuk subyek. Katalog dapat disajikan dalam bentuk kartu, buku, lembaran lepas, maupun online Buku pedoman yang dipakai antara lain : (1) Buku pedoman pengkatalogan deskriptif dapat digunakan peraturan katalogisasi Indonesia. (2) buku pedoman klasifikasi dapat digunakan terjemahan ringkasan klasifikasi Idewey dan Indek relative. (3) buku pedoman penentuan tajuk subyek dapat digunakan tajuk subyek untuk perpustakaan. Adapun jenis katalog itu adalah: katalog pengarang, katalog judul, katalog subyek. Unsur – unsur yang perlu dicantumkan pada penulisan katalog adalah tanda buku ( nomor buku, tiga huruf nama pengarang, satu hurup judul buku ),  nama pengarang. Cara penulisan sesaui dengan peraturan nama keluarga yang didepan,  judul buku ditulis sesuai dengan apa yang tertera dihalaman judul, edisi yaitu diisi khusus buku – buku yang mengalami penyuntingan kembali untuk penulisan ditulis Ed.ke-2 dan seterusnya, Penerbitan. Dicantumkan tempat terbit, penerbit dan tahun terbit. Contoh  Jakarta : Balai pustaka, 1998, Deskripsi fisik yang meliputi jumlah halaman, gambar, jilid, ukuran buku.

Berdasarkan hasil penelitian baik pengamatan langsung di lapangan serta hasil wawancara dengan informan menggambarkan bahwa sistem katalogisasi yang diterapkan di perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru belum sepenuhnya menggunakan sistem katalogisasi yang sesuai dengan standar atau peraturan perpustakaan dan belum menggunakan buku pedoman dalam mengkatalogisasi bahan pustaka yang ada. Seperti belum ada kartu katalog. Menurut staf bagian pengolahan hanya menggunakan buku besar yang memiliki format sendiri seperti nomor, judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, keterangan.

Hasil wawancara di atas diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan terhadap staf perpustakaan di perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru yang mengatakan bahwa:

“Bahwa kami membuat daftar kartu katalog yang sesuai dengan pedoman katalogisasi, kami hanya membuat daftar induk buku yang menggunakan format tersendiri, seperti nomor urut, judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, keterangan. Buku induk ini tujuannya sebagai alat penelusur informasi atau buku-buku yang dicari oleh pemustaka, kami baru tahap persiapan untuk membuat kartu katalog yang sesuai dengan standar pedoman katalogisasi”. (hasil wawancara tanggal 23 Maret 2016)

Hasil wawancara di atas diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru dan kepala perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru yang mengatakan bahwa:

“Bahwa staf perpustakaan belum membuat daftar kartu katalog yang sesuai dengan pedoman katalogisasi, staf perpustakaan hanya membuat daftar induk buku yang menggunakan format tersendiri, seperti nomor urut, judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, keterangan. Buku induk tersebut tujuannya sebagai alat penelusur informasi atau buku-buku yang dicari oleh pemustaka, staf perpustakaan sudh merencanakan akan membuat kartu katalog yang sesuai dengan standar pedoman katalogisasi”. (hasil wawancara tanggal 23 Maret 2016)

Katalog merupakan alat di perpustakaan untuk memudahkan pengguna perpustakaan dalam mencari buku yang dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan, Sutarno NS, 2006 mengartikan katalogisasi adalah kegiatan membuat deskripsi data bibliografi suatu bahan pustaka menurutstandar atau peraturan tertentu. Hasil mengkatalogisasi dapat berupa deskripsi (entri) yang dibuat dalam bentuk kartu katalog atau yang dimuat dalam pangkalan data komputer. Katalog merupakan wakil koleksi bahan pustaka.

Agar bahan pustaka dapat didayagunakan  secara efektif dan efisien, perlu adanya pengolahan bahan pustaka ( Proses katalogisasi tersebut ). Lebih – lebih dengan berkembangnya teknik produksi buku yang mengakibatkan koleksi buku berkembang menjadi besar, maka semakin terasa perlunya katalog. Tanpa diadakan katalogisasi, mencari buku – buku yang diperlukan akan sulit. Oleh karena itu pustakawan mencari sarana atau alat yang dapat memberikan gambaran tentang suatu buku / bahan pustaka dalam bentuk catatan serta mengatur buku – buku di rak, untuk memudahkan menemukan kembali jika diperlukan.

Kelengkapan bahan pustaka. Pada tahap kegiatan ini merupakan tahap penyelesaian terhadap bahan pustaka yang diolah. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti serta wawancara peneliti dengan pengelola perpustakaan ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk melengkapi koleksi buku, adapun langkah itu antara lain : (1) Memberi kantong buku. Kantong buku dibuat dari kertas yang agak tebal dengan ukuran 7 dan 9 Cm pada kantong dicantumkan nama pengaran, judul buku, nomor klasifikasi. Kantong tersebut diletakkan pada kulit buku bagian belakang.

(2) Kartu buku. Kartu buku dibuat dari kertas manila berukuran 6 X 10 Cm dalam kartu buku dicantumkan keterangan tentang nama pengarang, judul, nomo, nama

peminjam, tanggal kembali.m kartu buku dimasukan pada kantong buku.   (3) Lembaran Tanggal Pengembalian. Lembaran ini dibuat dari kertas biasa. Ditempatkan pada halaman belakang buku dan diusahakan agar tidak mengganggu  teks atau ilustrasi buku. (4) Tanda Buku. Tanda buku ditulis pada secarik kertas dengan ukuran 2 X 4 Cm. kertas tersebut ditempelkan pada bagian bawah punggung buku yaitu 3 Cm. di tepi bawah buku. adapun yang dicantumkan adalah call number.

Bahan pustaka yang telah diolah secara lengkap kemudian disusun di rak buku berdasarkan pengelompokannya sehingga pada saat pengguna perpustakaan

membutuhkan sebuah buku maka akan lebih mudah untuk mencarinya.

Berdasarkan hasil penelitian baik pengamatan langsung dilapangan serta hasil wawancara dengan informan menggambarkan bahwa kelengakapan bahan pustaka di perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru belum sepenuhnya menggunakan sistem kelengkapan bahan pustaka yang sesuai dengan standar kelengkapan bahan pustaka pada umumnya dan belum menggunakan buku pedoman dalam membuat kelengkapan bahan pustaka yang ada. Seperti belum ada kartu katalog dan kantong buku. Menurut staf perpustakaan bahwa kelengakapan yang dibuat seperti label punggung buku, kartu peminjam dan pengembalian, kartu control peminjaman dan pengembalian yang ditempel dibelakang sampul buku.

Hasil wawancara di atas diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan terhadap staf perpustakaan di perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru yang mengatakan bahwa:

“Bahwa kelengkapan bahan pustaka kami belum lengkap, kami hanya membuat lebel buku, kartu peminjaman dan pengembalian, kartu control peminjaman dan pengembalian yang ditempel di belakang sampul buku. Kartu dan kantong katalog belum kami buat.” (hasil wawancara tanggal 24 Maret 2016)

Hasil wawancara di atas diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru dan kepala perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru yang mengatakan bahwa:

“Bahwa kelengkapan bahan pustaka yang dibuat oleh staf perpustakaan belum lengkap, mereka hanya membuat lebel buku, kartu peminjaman dan pengembalian, kartu control peminjaman dan pengembalian yang ditempel di belakang sampul buku. Kartu dan kantong katalo belum di buat.” (hasil wawancara tanggal 24 Maret 2016)

Untuk memudahkan penyimpanan dan memudahkan buku yang dipinjam dan yang ada di perpustakaan dalam kegiatan pengolahan sudah semestinya harus ada perlengkapan buku Menurut P. sumardji perlengkapan yang harus disediakan yaitu: a. Label nomor penempatan (call number), yaitu lembaran kertas persegi kecil ukuran tertentu untuk keperluan mencantumkan nomor penempatan (cal number) yang akan ditempelkan pada punggung buku. Kegunaannya ialah untuk memberi tanda bahwa buku yang bersangkutan nomor penempatan (call number) –nya adalah yang dicantumkan pada label tersebut. Dengan label nomor penempatan (call number) tersebut buku yang bersangkutan mempunyai tanda petunjuk di mana bisa ditempatkan dan disusun. Caranya mencantumkan nomor penempatan (call number) dapat dilakukan dengan ditulis tangan, ditulis pakai sablon, diketik. b. Blanko kartu buku, yaitu blanko kartu berukuran tertentu yang berisi isian ataupun kolom untuk diisi dengan keterangan-keterangan : nomor penempatan (call number), nama pengarang, judul buku, nama peminjam dan alamat atau nomor anggota perpustakaan, tanggal pinjam, tanggal kembali, parap. c. Kantong kartu buku, yaitu kantong yang dibuat dari kertas yang agak tebal dan berbentuk segitiga atau persegi. Besarnya seukuran lebih sedikit daripada kartu buku. Kegunaannya adalah untuk menempatkan/ menyimpan kartu buku daripada buku yang bersangkutan. Kantong kartu buku ini ditempelkan di sampul belakang bagian dalam daripada buku yang bersangkutan. d. Blangko tanggal pengembalian (due date), yaitu blanko yang berisi kolom-kolom untuk isian keterangan tanggal kembali buku yang sedang dipinjam. Ukurannya hampir sebesar kartu buku, dan gunanya untuk sewaktu-waktu diisi dengan keterangan tanggal kembali buku yang sedang dipinjam agar si peminjam dapat mengetahui kapan ia harus mengembalikannya. Blanko ini ditempelkan di halaman sebelah sampul belakang bagian dalam. e. Lembaran peringatan/perhatian, yaitu lembaran sebesar kartu buku yang berisi uraian permintaan perhatian (peringatan) secara singkat kepada peminjam agar buku yang bersangkutan dipinjam tidak dihilangkan, dirusakan, dipinjamkan kepada orang lain yang akan beresiko akan hilang dan sebagainya. Lembaran ini ditempelkan pada sampul depan bagian dalam.


PENUTUP

Sesuai hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut: bahwa sistem pengolahan bahan pustaka di Perpustakaan SD Negeri 3 Mallawa, Kabupaten Barru mulai dari kegiatan inventarisasi, klasifikasi, katalogisasi dan kelengkapan bahan pustaka belum menggunakan standar pengolahan bahan pustaka yang sebenarnya,  dan masih menggunakan cara sendirinya sendiri. Penentuan nomor klas hanya menggunakan nomor registrasi buku, kartu katalog, kantong, belum ada, dan kelengkapan bahan pustaka belum sepenuhnya dibuatkan. Hal ini disebabkan sarana dan prasarana tidak memadai, kurangnya anggaran pengolahan, sumber daya manusia yang ada belum kompeten di bidang perpustakaan, tidak memiliki buku pedoman dalam pengolahan bahan pustaka.

Saran penulis yaitu dalam melakukan pengolahan bahan pustaka yang baik, sehingga tercapai tujuan pengolahan bahan pustaka yakni memudahkan temu balik informasi dan memperlancar kegiatan pelayanan, maka pihak pengelola perpustakaan (kepala sekolah, guru, dan staf perpustakaan) memiliki buku pedoman serta menyiapkan sarana dan prasarana pengolahan.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksar.

DEPDIKBUD.   (1996).    Pedoman Teknis Penyelenggaraan Perpustakaan SLTP.  Jakarta  : Depdikbud.

Lasa Hs. (2007). Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.

Sumardji, P. (1993). Mengelola Perpustakaa, Kanisius, Yogyakarta.

Sutarno NS. (2006). Manajemen Perpustakaan: Suatiu Pendekkatan Praktik, Jakarta : Saging Seto.

Yusuf, Pawit M.  (2007). Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Kencana.

Yusuf, Pawit M. dan Suhendar, Yaya. (2005). Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Kencana

 

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)